Rabu, 24 September 2025 menjadi momen bersejarah sekaligus penuh kehormatan bagi KOBUMI. Gudang Agroforestry, tempat penyimpanan dan pengelolaan komoditas masyarakat adat dan lokal kepulauan Maluku, mendapat kunjungan langsung dari Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan, Mahfudz, M.P., beserta jajaran kementerian. Dalam kesempatan tersebut, beliau juga turut mendampingi pelepasan ekspor perdana 15 ton pala ke Tiongkok.
Sebanyak 15 ton pala yang dilepas merupakan hasil kerja Masyarakat Hukum Adat Negeri Hutumuri, Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Morella, serta masyarakat di sekitar Pulau Ambon. Dalam prosesnya, tercatat 165 tenaga kerja lokal terlibat, dengan 61 diantaranya perempuan. Keterlibatan ini memperlihatkan dengan jelas bagaimana pengelolaan hasil hutan bukan kayu yang berlandaskan kelestarian mampu menghadirkan pemberdayaan ekonomi yang inklusif dan adil.
Ekspor pala ini juga disertai dengan pelepasan damar, hasil hutan bukan kayu dari Hutan Sosial Maluku. Pelepasan ekspor ini dihadiri oleh Direktur KOBUMI, Etik Mei Wati, Kepala Regional Maluku Yayasan Econusa, Gadri Ramadhan Attamimi dan disaksikan langsung oleh, Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan, Mahfudz, M.P., bersama Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, S.H., LL.M. Dengan total nilai kedua komoditas mencapai sekitar USD 125.000, pelepasan ini sekaligus menunjukkan besarnya potensi hasil hutan Maluku untuk menghadirkan nilai ekonomi sekaligus manfaat ekologis.
Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, dalam wawancara menegaskan dukungannya pada pengembangan produk yang dihasilkan oleh masyarakat.
“Kami akan senantiasa mendukung, mendorong, memfasilitasi apa yang bisa kami lakukan. Karena bagi kami ekspor yang bergairah itu penting untuk pertumbuhan ekonomi, penting untuk penyerapan tenaga kerja sekaligus pengurai kemiskinan. Kami berterima kasih kepada pelaku usaha yang telah berhasil menembus pasar internasional. Saya kira prospek kita bagus, tinggal kita mendorong petani pala untuk bergairah menanam pala, memelihara tanaman pala, dan memastikan pemeliharaan pascapanen,” kata Hendrik Lewerissa kepada jurnalis.
Bagi KOBUMI, momentum ini menjadi bukti nyata keberhasilan kolaborasi strategis. Melalui sinergi antara pemerintah, Yayasan EcoNusa, KOBUMI, serta masyarakat adat dan lokal sebagai aktor utama, dapat ditunjukkan bahwa pengelolaan hutan oleh masyarakat adat dapat berjalan lestari, bernilai, dan menyejahterakan.
Dari Maluku, rempah kembali berlayar menuju dunia. Momen yang menjadi pengingat bahwa jika hutan dikelola dengan baik bukan hanya dapat menjaga tradisi dan lingkungan, tetapi juga mampu membuka jalan menuju masa depan yang lebih sejahtera bagi masyarakatnya.
Narasi: Dea Refika Nita| Foto: Ika